, ,

Sejarah pengembangan kawasan Monas dan Menteng di Jakarta Pusat terpaut 100

oleh -250 Dilihat
oleh

Jakarta Pusat – Sejarah pengembangan kawasan Monas dan Menteng di Jakarta Pusat terpaut 100 Kawasan Monumen Nasional (Monas) dan Menteng adalah dua wilayah yang sama-sama berada di jantung ibu kota, namun keduanya memiliki sejarah pengembangan yang terpaut sekitar seratus tahun. Jika Monas melambangkan semangat kebangsaan Indonesia modern, maka Menteng menjadi cermin warisan tata kota kolonial yang tertata rapi sejak awal abad ke-20.Asal Usul Sejarah Monas, Landmark Kota Jakarta yang Paling Ikonik - Halaman 1

baca juga:Jaksa Limpahkan Berkas Perkara 9 Tersangka Korupsi Minyak Pertamina ke PN Tipikor Jakpus .

Menteng: Cikal Bakal Kota Taman Kolonial (1900-an)

Kawasan Menteng mulai dikembangkan pada awal tahun 1910-an oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bagian dari konsep Garden City—atau kota taman—yang kala itu sedang populer di Eropa.

Pemerintah kolonial melalui perusahaan properti N.V. de Bouwploeg menunjuk arsitek P.A.J. Moojen dan insinyur F.J. Kubatz untuk merancang tata kota modern dengan jalan-jalan lebar, ruang hijau luas, serta sistem drainase yang tertata.

Menteng menjadi kawasan permukiman elit bagi pejabat Belanda dan pengusaha Eropa, sekaligus simbol kemajuan perencanaan kota kolonial di Asia Tenggara.

“Menteng adalah salah satu proyek garden city pertama di Asia. Konsepnya sangat maju, dengan pemisahan zona perumahan, taman, dan fasilitas umum. Hingga kini struktur dasarnya masih bertahan,” jelas sejarawan arsitektur, Prof. Handinoto, dalam sebuah kajian tata ruang kolonial.

Seiring waktu, setelah kemerdekaan Indonesia, banyak rumah-rumah kolonial di Menteng beralih fungsi menjadi kantor kedutaan besar, rumah pejabat negara, hingga museum. Kawasan ini pun ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya, mengingat nilai sejarah dan arsitekturnya yang unik.


Monas: Simbol Nasional dari Masa Pasca-Kemerdekaan (1950–1970)

 Presiden Soekarno menginginkan monumen raksasa ini menjadi simbol kebanggaan dan semangat perjuangan bangsa Indonesia.

 Soedarsono, dengan tinggi 132 meter dan mahkota api berlapis emas di puncaknya, yang melambangkan semangat abadi kemerdekaan.

“Monas bukan hanya monumen, tapi juga pernyataan sejarah: bahwa Indonesia berdiri tegak dan berdaulat,” tulis Soekarno dalam pidato peresmian fondasi proyek tersebut.


Kontras Dua Era: Kolonial dan Nasionalis


Menteng dan Monas Kini: Ruang Hidup dan Ruang Simbol

“Keduanya adalah dua wajah Jakarta — yang satu simbol masa lalu terencana dengan rapi, yang lain lambang semangat masa depan bangsa,” ujar Ardian Pramono, peneliti perkotaan Universitas Indonesia.


Penutup

Skintific

No More Posts Available.

No more pages to load.